Membobol bank


Saat ini hampir setiap hari kita menyaksikan perilaku menyimpang dari sebagian masyarakat kita. Mulai dari kerusuhan, pencurian, penggusuran, hingga pembunuhan. Dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat kita tidak nyaman.

Nah apakah ini akan dibiarkan terus menjadi kebiasaan masyarakat kita ke depan? Jikia kita bandingkan dengan negara-negara lain, memang kita tidak sendiri. Tetapi bukankah kita lebih bangga jika kita menjadi pembanding untuk sesuatu yang baik, seperti keberhasilan demokrasi, keberhasilan swa sembada pangan, mampu menaikkan taraf hidup masyarakatnya, kesejahteraan dan ke amanan meningkat, dll. Alangkah nyaman dan tenangnya hidup kita. Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Demi mencapai semua itu, yang pertama-tama dapat kita lakukan adalah kita mulai dari diri sendiri. Hal ini menjadi penting, karena dari diri sendiri itulah segala sesuatu itu terjadi. Sebab dari 1 (satu) bisa menjadi 2 (dua) dan seterusnya hingga menjadi kelompok besar.

Membobol bank...ini adalah konotasi yang saya gunakan untuk mencari solusi. Kenapa "bank"? Karena dari bank kita bisa mendapatkan segalanya. Mulai dari bahan, tanaga, hingga hasil.

Dengan kemampuan kita membobol "bank kecerdasan dan kejujuran" maka mulai dari diri sendiri kita akan mampu menciptakan kehidupan yang aman dan tentram. Betapa tidak, dengan kekayaan yang kita miliki, dengan kecerdasan dan kejujuran para pelaksana, maka sesuatu akan berada pada tempatnya, tanpa ada sesuatu yang "aneh".

Kita sering "menelan lidah sendiri". Betapa tidak sebagian bersuara untuk memberantas korupsi, tapi sebagian lain justru mencari keuntungan sendiri. Disisi lain ada yang mencanangkan kebaikan, tapi di sisi lain ada yang merusaknya. Ungkapan "karena nila setitik, rusak susu sebelanga" barang kali terpat untuk menggambarkan kondisi kita saat ini.

Mari bobol bank kecerdasan dan ke jujuran, cari ilmu sebanyak-banyaknya dan gunakan dengan sebaik-baiknya, dan sejujur-jujurnya. Bukankan apa yang kita miliki saat ini hanya sementara, dan akan kembali di ambil oleh yang punya.

Jangan hanya menjadi pengamat dan komentator saja, tapi tindakanlah yang kita butuhkan. Jangan hanya pandai merencana, tetapi tidak mampu melaksanakannya. Bukankah sia-sia bila ilmu kita hanya digunakan untuk berkata-kata tanpa ada bukti nyata.

Masih banyak "bank-bank" yang harus kita bobol. Carilah bank yang paling bonafit untuk di bobol. Bank itu adalah "bank agama (akhlak)".

Comments